Pemetaan kawasan rawan bencana gunungapi sangat penting dilakukan di Indonesia yang secara fisiografis memiliki deretan gunungapi "ring of fire". Pemetaan ini sangat membantu dalam mengurangi resiko bencana ketika gunungapi meletus, mengingat bencana gunungapi ini merupakan bencana yang memiliki episode-episode bahaya selama gunungapi tersebut aktif seperti gempa vulkanik, awan panas, hujan abu, dan banjir lahar. Dengan begitu, dibutuhkan analisis dasar untuk melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gunungapi agar bisa mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan oleh bencana. Adapun analisis tersebut meliputi : Analisis Bentang Alam yang mencakup :
(a) Analisis morfografi (Analisa daerah puncak/kawah, pola aliran sungai, anomali pola aliran dan pola cabang-cabang sungai).
(b) Analisis morfogenesa (Analisa pola sebaran dan stratigrafi batuan, perkembangan kegiatan letusan dan struktur geologi gunungapi.
(c) Analisis Morfometri (Kemiringan lereng, bentuk lereng, panjang lereng, tingkat torehan erosi lereng, bentu, lebar, dan kedalaman lembah, pola lembah, pola sebaran lembah dan analisa perpindahan titik erupsi, pusat erupsi, erupsi samping, posisi titik pemunculan gas gunungapi.
(d) Analisis morfokronologi (Menganalisis proses yang mempengaruhi perubahan konfigurasi tubuh gunungapi.)
Analisis hubungan posisi topografi, mencakup analisis letak/kedudukan objek bencana terhadap topografi daerah sekitarnya. Analisis sumber/titik erupsi, mencakup analisis perkembangan pemunculan titik-titik erupsi (zonasi daerah lemah/kelurusan titik erupsi) Analisis pola sebaran lahar dan aliran piroklastik hasil kegiatan terakhir, sebagai dasar perkiraan pola endapan hasil letusan yang akan datang, yang dikaitkan dengan intensitas letusan. Analisis emisi gas, adalah zonasi daerah yang mempunyai lubang gas serta daerah alterasi, di daerah puncak dan daerah tubuh yang dikaitkan dengan struktur yang ada. Analsis tsunami yang berhubungan dengan gunungapi bawah laut yang mencakup letusan dan longsoran.