Search This Blog

Sunday, September 18, 2016

Geomorfologi Indonesia


Pendahuluan
Mempelajari mengenai geologi Indonesia dan kaitannya dengan geomorfologi Kepulauan Indonesia, garis besar geomorfologi Kepulauan Indonesia,analisis geomorfologi untuk identifikasi masalah lingkungan fisikal dan pengembangan wilayah Indonesia.

Wilayah Indonesia terletak pada daerah tropis dan merupakan kesatuan wilayah laut yang ditebari pulau-pulau atau kepulauan. Jarak terjauh Barat – Timur 5.110 Km. dan jarak terjauh Utara – Selatan 1.118 Km. ini berarti panjang kepulauan Indonesia menduduki + 1/8 equator.

Secara geotektonik Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga Lempeng Benua yaitu antara pertemuan Lempeng Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Pada daerah pertemuan ketiga Lempeng Benua inilah muncul jalur Mediterania, jalur pasifik (sircum pasifik) dan jalur Australia. Ketiga jalur ini bersifat vulkanis seismis, oleh karena itu Kepulauan Indonesia memiliki sifat vulkanis dan sifat seismis. Sebagai akibat kondisi tersebut maka Kepulauan Indonesia memiliki keadaan geologis yang komplek oleh kondisi iklim yang basah, menyebabkan  variasi geomorfik termasuk jenis tanah yang ada di Kepulauan Indonesia bervariasi.

Luas daratan wilayah Indonesia 1.919.443 Km2 berupa pulau-pulau, kondisi ini akan memperkuat keberadaan Group Etnik sehingga memperkaya budaya bangsa. Berdasarkan sensus bulan Juni 2000 jumlah penduduk Indonesia 203,46 juta jiwa, jumlah penduduk sebesar itu tersebar pada 992 pulau dan kurang lebih 120 juta orang berada di Pulau Jawa. Karena sebagian besar penduduk Indonesia masih bersifat agraris maka sudah barang tentu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisiografisnya.


Geomorfologi Jawa

Menurut Van Bemmelen, secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke
dalam 7 kondisi geomorfik berikut :
1. Vulkan-vulkan berusia kuarter (Volcanoes-volcanoes)
2. Dataran Alluvial Jawa Utara (Alluvial plains nothern Java)
3. Antiklinorium Rembang – Madura (Rembang – Madura Anticlinorium)
4. Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North
– Serayu, and Kendeng – Anticlinorium)
5. Dome dan Igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
depretion zone)
6. Zona Depresi Sentral Jawa dan Zone Randublatung (Central depression zone of
java, and Randublatung zona)
7. Pegunungan Selatan (Southern Mountains)

Kondisi fisiografis Jawa, dari Selatan ke Utara dapat diuraikan sebagai
berikut :
❖ Pengunungan Selatan (Southern Mountains)
Pegunungan selatan sebagai hasil pelipatan pada Maosen dan berlanjut kearah Timur yaitu ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Umbgrove,1949, 41).

Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur dengan gejala karet dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Angung (Formasi Nglanggran) dan di Merawan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk Tjiletuh di Jawa Barat sampai ke bagian Barat Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke Parangtritis, Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan sisa-sisa dibeberapa tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal dari pengunungan Serayu Selatan.Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan Selatan yang berada diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu dari Pasisiran sampai ke Puger pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang berasal dari Komplek Ijang.

❖ Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh Laut. Di Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang sampai ke pegunungan Kulonprogo.

❖ Zone Depresi Jawa Bagian Tengah
Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G. Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban Perahu). Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur.

Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan sesaran perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah Utara Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang membentangi dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.

❖ Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini (Dataran pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan untuk Jawa Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah sekitar Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran alluvial melainkan oleh perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang). Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang.

Geomorfologi Sumatera

Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulaudibagian Utara berkisar 100 – 200 Km dibagian Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut – Tenggara sebagai berikut :
A. Bagian Barat,
daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil di Sumatra Utara.

B. Bagian Tengah,
bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil fenomena geologis yang terjadi pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan fenomenapada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van Bemmelen, 1949, 678).

1. Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
a. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10 derajat ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
b. Blok Semangko (Semangko Central Blok) Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.
2. Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau ( a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi. Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang. 
3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
a. Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba) Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m.
b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya.

Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik naupun erupsi vulkan.


C. Bagian Timur
Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985, 42). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan
material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone Barisan.

Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang arah Barat Laut – Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.

Geomorfologi Kalimantan

Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10% dari wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau.

Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40 24` LU – 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT – 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain–lain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang.

Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan Meratus. Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.

Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.

Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena keterbatasan lahan di negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini pengembangan perkebunan juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun diduga areal yang sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih untuk melakukan eksploitasi kayu.(...Bersambung) [dari: berbagai sumber]
http://geografiuntukmu.blogspot.co.id/2011/03/geomorfologi-indonesia.html

Wednesday, September 14, 2016

Perencanaan Pengembangan Wilayah : Pengertian & Konsep Perencanaan Wilayah


A. Pengertian dan Konsep Perencanaan Wilayah

1. Pengertian Perencanaan Wilayah

Menurut Chaprin,perencanaan wilayah (Regional Planning) adalah upaya intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah yang memiliki tiga tujuan pokok yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor,meningkatkan kemajuan sektoral dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.

2. Konsep Perencanaan Wilayah

a.   Perencanaan dengan pendekatan sistem
Pendekatan sistem atau (system approach) lebih menentukan perbedaan-perbedaan pandangan perencanaan dalam keahlian teknis,misalnya : dalam menganalisis sistem perkotaan,dalam menduga perubahan-perubahan masa akan datang dan dalam menstimulasikan alternatif untuk masa depan.
Sistem ini dicirikan oleh pandangan yang dianut oleh perencana sebagai suatu sistem atau sub sistem dari aktivitas manusia,termasuk manifasi fisik dan hubungan sesamanya. Dengan demikian,system yang selalu ditekankan oleh perencana terdiri dari :

1.      Aktivitas manusia yang dihubungkan oleh :
·         Pergerakan/perpindahan individu grows of people
·         Barang (Material)
·         Energi
·         Informasi

2.      Ruang beradaptasi
·         Bangunan,rumah
·         Ruang terbuka
·         Lahan pertanian
·         Hutan,dan lain-lain

3.      Jalan Komunikasi
·   Jalan
·   Jalan Kereta api
·   Jaringan pipa
·   Kawat dan kabel

Kemudian Chapin menspesifikasikan 3 elemen dari konsep tersebut diatas :
- Komponen nilai sistem yang beroperasi
- Mekanisme pilihan yang tercipta
- Komponen Aktifitas

b. Perencanaan Secara Advokasi
Perencanaan dengan pendekatan  advokasi ini,lebih diarahkan pada pertimbangan akibat dari pelaksanaan aksi tertentu,dan pertimbangan kemungkinan hasil yang akan dicapai. Pendekatan seperti ini biasanya digunakan apabila tidak cukupnya alat/metode/personal untuk mengaplikasikan pendekatan lain seperti pendekatan ”Struktur” dan ”Sistem”.

B. Pengertian dan Konsep Pengembangan Wilayah

1. Pengertian Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya Untuk memacu perkembangan sosial ekonomi,mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

2. Konsep Pengembangan Wilayah
Perwilayahan dilihat dari atas adalah membagi suatu wilayah yang luas,misalnya wilayah suatu Negara ke dalam beberapa wilayah yang lebih kecil. Perwilayahan mengelompokkan beberapa wilayah kecil dalam satu kesatuan. Suatu perwilayahan dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembentukan wilayah itu sendiri. Dasar dari perwilayahan dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan,di Indonesia dikenal wilayah kekuasaan pemerintahan seperti promosi,Kabupaten/Kota,Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan.

b.      Berdasarkan kesamaan kondisi,yang paling umum adalah kesamaan kondisi fisik.

c.   Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi. Perlu ditetapkan terlebih dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya,kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari setiap pusat pertumbuhan.

d.   Berdasarkan wilayah perencaan/program. Dalam hal ini,ditetapkan batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu program atau proyek dimana wilayah tersebut termasuk kedalam suatu perencanaan untuk tujuan khusus.

Dalam mengembangkan suatu wilayah,ada 2 faktor yang menyebabkan wilayah tersebut bisa berkembang,yaitu :

1.       Faktor Internal
Faktor internal terdiri dari potensi wilayah yang berupa Sumber Daya Alam (SDA),Sumber Daya Manusia(SDM) dan Sumber Daya Buatan (SDB).

2.       Faktor Eksternal
Fakor Eksternal dari glonalisasi ekonomi dan kerjasama ekonomi antarnegara,faktor eksternal ini membutuhkan ruang dan prasarana wilayah untuk dapat memanfaatkan lahan yang terbatas agar dapat berkembang dengan baik

B. Pengertian dan Konsep Kota

    1   Pengetian Kota
Istilah kota mengandung arti suatu konsentrasi penduduk dalam suatu wilayah geografis tertentu yang menghidupi dirinya sendiri secara relatif permanen dari kegiatan ekonomi yang ada di wilayah tersebut.
Perkotaan adalah persekutuan atau penyatuan suku-suku yang bertetangga yang berkumpul kesuatu pusat yang digunakan sebagai tempat pertemuan bersama untuk maksud pemujaan,perlindungan,dan semacamnya dan karenanya adalah lembaga politik atau kedaulatan yang dibentuk oleh masyarakat demikian.

    2   Karakterik Kota
Karakteristik kota,meliputi beberapa aspek,diantaranya : Aspek Morfologi,antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik.Aspek Demografis,jumlah penduduk dapat dipakai menjadi ukuran suatu kota atau desa. Aspek Sosial,gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial diantara penduduk atau warga.Aspek Ekonomi,gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni didominasi kegiatan non agraris.Aspek Hukum,adanya hak dan kewajiban hukum bagi penghuni,atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu wilayah tertentu yang secara hukum disebut kota.

     3 Fungsi Kota
Fungsi Kota adalah menyelenggarakan penyedian jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Kota bisa merupakan sebuah pusat industri,perdagangan, pendidikan,pemerintahan,atau mencakup semua kegiatan tersebut. Keaneka-ragaman kesempatan ini menarik penduduk dari daerah pedesaan ke kota-kota.


Dengan demikian,terlihat bahwa kota-kota cenderung menjadi besar bila dasar ekonominya luas.Kota-kota kecil biasanya merupakan satelit-satelit yang tergantung pada kota besar untuk mempertahankan kehidupan ekonominya.

Pengertian Biogeografi

Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran makhluk hidup atau organisme di bumi. Makhluk hidup itu banyak jenisnya. Baik dari multiseluler ataupun uniseluler. Semuanya tersebar secara merata di permukaan bumi berdasarkan kemampuan masing-masing makhluk hidup tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan. Organisme yang tidak bisa beradaptasi akan sangat sulit disebarkan  dan sangat mudah tereliminasi.

Pengertian Biogeografi

Melalui Biogeografi kita dapat mengetahui bahwa penyebaran suatu organisme dari satu tempat ke tempat yang lain tidak selamanya berjalan dengan lancar. Tapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penghalangnya. Faktor-faktor penghalang ini menjadi pengendali penyebaran organisme. Faktor penghalang yang utama adalah iklim dan topografi. Selain itu, ada juga faktor reproduksi dan endemisme. Jika suatu organisme sanggup menundukan faktor-faktor penghalang tersebut maka mereka dapat menyebar disetiap pelosok bumi dan berkembang biak.

Faktor penghalang penyebaran makhluk hidup inilah yang membuat suatu makhluk hidup tidak bisa tumbuh dan berkembang di tempat lain selain dalam habitatnya sendiri. Contohnya: bunga sakura dan tulip, atau kera bekatan dan kanguru. Makhluk hidup yang disebutkan diatas penyebarannya sangat terbatas karena tidak mampu mengalahkan faktor penghalang.

Indonesia merupakan negara yang amat kaya dengan flora dan fauna yang tersebar di seluruh kepulauannya. Persebaran makhluk hidup yang berbeda ini dapat ditentukan oleh geografis, seperti ketinggian, garis lintang, dan keadaan iklim, misalnya curah hujan, suhu, dan radiasi cahaya. Berdasarkan fauna dan floranya, biogeografi dapat dibagi menjadi dua, yaitu persebaran hewan dan persebaran tumbuhan.

Kartografi Tematik

KARTOGRAFI

Kartografi adalah merupakan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu tentang peta. Mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan, pengetahuan, penyimpanan, hingga pengawetan serta cara-cara penggunaan peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu.
Fungsi pembuatan peta antara lain:
  • 1. Dengan adanya peta dapat menunjukkan posisi atau lokasi relatif yang hubungannya dengan lokasi asli dipermukaan bumi.
  • 2. Peta mampu memperlihatkan ukuran.
  • 3. Peta mampu menyajikan dan memperlihatkan bentuk.
  • 4. Mengumpulkan dan menyeleksi data dari suatu daerah dan menyajikan diatas peta dengan simbolisasi.
Sedangkan tujuan pembuatan peta yaitu:
  • 1. Untuk komunikasi informasi ruang.
  • 2. Media menyimpan informasi.
  • 3. Membantu pekerjaan.
  • 4. Membantu dalam desain.
  • 5. Analisis data spatial.
JENIS-JENIS PETA
Jenis peta dapat dikelompokan berdasarkan pada :
  • a. Skalanya :
    1. Peta kadaster berskala antara 1: ( 100 s/d 5.000)
    2. Peta skala besar berskala antara  1> 5.000 s/d 1:250.000.
    3. Peta skala sedang berskala antara  1: >250.000 s/d 1: 500.000
    4. Peta skala kecil berskala antara 1:> 500.000 s/d 1 : 1.000.000,-
    5. Peta  geografi berskala 1:1.000.000 atau lebih
    b. Isinya :
    1. Peta umum , yaitu peta yang menggambarkan segala seuatu yang terdapat pada suatu daerah yang dipetakan , seperti :
    • Peta Topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi          dengan titik berat reliefnya, dengan kata lain berdasarkan tinggi rendahnya permukaan tanah.
    • Peta chrorografi yaitu peta yang menggambarkan sebagian atau seluruhny permukaan bumi yang bercorak umum dan berskala kecil.  Misalnya peta dunia dan atlas.
    c. Peta khusus atau peta tematik yaitu peta yang menggambakan satu aspek   atau   kenampakan tertentu, misalnya :
  • *. Peta curah hujan
  • *. Peta iklim
  • *. Peta tata guna lahan
  • *. Peta pariwisata
  • *. Peta jalur penerbangan
KOMPOSISI PETA
Agar peta dapat dengan mudah dibaca dan ditagsirkan serta tidak membingungkan bagi orang yang mempelajarinya maka peta harus memuat komposisi peta dengan sejelas-jelasnya seuai dengan aturan atau kaidah pembuatan peta, sedangkan komposisi peta tersebut meliputi :
  1. Judul Peta yang mencermikan isi dani ide yang dituangkan pada peta.
  2. Skala peta, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sebernya di permukaan bumi.
  3. Legenda berguna untuk memberikan keterangan tentang simbul-simbul yang ada, dan agar peta lebih mudah dipahami.
  4. Mata Angin sebgai petunjuk arah
  5. Garis astronomi, yaitu garis lintang dan garis bujur untuk menentukan letak atau lokasi pada peta.
  6. Tahun Pembuatan
  7. penulisan atau lettering nama perairan di tulis miring dan nama tempat yang lainnya ditulis tegak.

Geografi Bencana dan Managemen Bencana

Apa itu mitigasi bencana? Bagaimana upaya mengurangi resiko bencana? Pertanyaan-pertanyaan itu terkait dengan Manajemen Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24 tahun 2007). 

Manajemen Resiko Bencana



Bahaya (hazard) adalah suatu kondisi, secara alaimiah maupun ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, namun tidak semua bahaya menjadi bencana.

Kerentanan (vulnerability) adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Misalnya penebangan hutan, penambangan batu, membakar hutan.
Kemampuan (capability) adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, dan siap siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.

Resiko (risk) adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan, dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu.

Kegiatan Manajemen Bencana



1.  Kegiatan Pra Bencana, meliputi


Pencegahan (prevention) adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bencana). Misalnya melarang pembakaran hutan dalam perladangan.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Misal: penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, dll

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Pemberian peringatan dini harus: menjangkau masyarakat (accessible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi structural, misal: pembuatan chekdam, tanggul, dsb. Mitigasi non-struktural, misal: peraturan perundangan, pelatihan, dsb.

2. Kegiatan saat terjadi bencana, meliputi:


Tanggap darurat (response) adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

Bantuan darurat (relief) merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi, air bersih.


3. Kegiatan Pasca Bencana, meliputi



Pemulihan (recovery) adalah proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Misal: perbaikan jalan, listrik, air bersih, dsb.

Rehabilitasi (rehabilitation) adalah upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

Rekontruksi (reconstruction) adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Monday, September 12, 2016

100 Kumpulan Judul Skripsi Geografi

1.      Aplikasi PJ dan SIG untuk Pemetaan Kesesuaian Lahan Tempat Wisata Berkemah di Wilayah Sebagian Kabupaten Cilacap.
2.      Pemanfaatan Foto Udara dengan Aplikasi Software Arc/Info Arcview dan Ermipper untuk Monitoring Perubahan PL Kecamatan Gamping.
3.      Pemanfaatan Citra Landsat TM dan ETM untuk Mengetahui Perubahan Luas Kawasan Hutan Resort Pemangku Hutan Kaliurang.
4.      Pemanfaatan PJ dan SIG dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo Tahun 1993-2004.
5.      Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Daerah Permukiman Menggunakan Data Foto Udara dan SIG Kecamatan Kasihan Bantul.
6.      Penyusunan Meta Data Pemotretan Udara Wilayah Indonesia
7.      Aplikasi PJ dan SIG untuk Pemetaan Penutup Lahan Berdasarkan Transformasi Indeks Vegetasi di Temanggung Jawa Tengah.
8.      Aplikasi PJ dan SIG untuk Menilai Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Jetis Dalam Hubungannya Dengan RK Pendapatan.
9.      Aplikasi SIG untuk Identifikasi Sebaran Pusat Perbelanjaan Wilayah Yogyakarta.
10.  Pemanfaatan Foto Udara Pankromatik Berwarna untuk Pemetaan Bentuk Lahan di Sebagian Wilayah Kabupaten Cilacap.
11.  Aplikasi Citra Ikonos dan SIG untuk Menilai Kualitas Lingkungan Permukiman Kecamatan Gedongtengen.
12.  Penggunaan Data Digital Satelit Landsat ETM+ dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Penutup Lahan di Kabupaten Bantul.
13.  Pemanfaatan Citra Landsat TM Komposit 542 untuk Estimasi Sebaran Terumbu Karang Berdasarkan Pendekatan Metode Lyzenga di Bagian Selatan Perairan Madura.
14.  Aplikasi PJ dan SIG untuk Pemodelan Spasial Pengelolaan Jalan.
15.  Penentuan Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Ikan Air Tawar dengan Menggunakan SIG di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
16.  Penentuan Daerah Tangkapan Air Sungai Bawah Tanah Pada Kawasan Karst
17.  Pemilihan Alat Kontrasepsi Menurut Status Sosial Ekonomi di Desa Siwal Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah
18.  Penentuan Lokasi Rumah Sakit Baru di Kota Surabaya Bagian Barat
19.  Penggunaan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemilihan Lokasi Potensial Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Bulu, Kedu dan Kandangan Kabupaten Temanggung Jawa Tengah
20.  Pengaruh Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Faktor Iklim Terhadap Kadar Karbonmonoksida (CO) di Jalan Mataram Yogyakarta
21.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Pemekaran Fisik Wilayah Kota Cilacap, Jawa Tengah
22.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemilihan Lokasi Terminal Bus di Kota Cilacap
23.  Otomasi Kartografi dalam Pembuatan Model Peta Wisata Kota Yogyakarta
24.  Jangkauan Pelayanan Pasar Melalui Pemanfaatan Ortofoto di Kota Yogyakarta
25.  Penyusunan Atlas Pariwisata Pantai Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Teknik Otomasi Kartografi
26.  Kegiatan Ekonomi dan Pendapatan Wanita Berstatus Kawin di Sektor Non Pertanian di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
27.  Perilaku Keruangan Mahasiswa Pemondok Fakultas Geografi UGM
28.  Penentuan Prioritas Penataan Ruang Terbuka Hijau Daerah Permukiman Melalui Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Semarang Timur, Gayamsari, dan Pedurungan, Kota Semarang
29.  Aplikasi Citra IKONOS-2 untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Permukiman di Kota Tasikmalaya Jawa Barat
30.  Interpretasi Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Longsoran di Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo
31.  Pola Pemanfaatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pengguna Kran Umum PDAM Tirtamarta di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta
32.  Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Tingkat Kerawanan Kebakaran Permukiman (Kasus di Kecamatan Jatinegara dan Pulogadung Jakarta Timur)
33.  Pemanfaatan Citra IKONOS-II dan Sistem Informasi Geografi untuk Zonasi Harga Lahan di Sebagian Kota Tasikmalaya Jawa Barat
34.  Penentuan Angka BOD, COD dan DO sebagai Parameter Pencemaran Air Saluran Mataram Yogyakarta
35.  Pemrosesan Digital dan Interpretasi Geologi Menggunakan Citra Radar JERS-1 SAR (Studi Kasus Lapangan Minyak Prabumulih)
36.  Kajian Aksesibilitas Pusat Pelayanan Perdesaan di Kabupaten Purworejo
37.  Kajian Input Output Barang-Barang Logam Lainnya (Kode 054) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kasus Industri Kecil Pengolahan Aluminium di Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta
38.  Pendapatan Pedagang Kaki Lima Suku Minang enam Tahun Setelah Krisis Ekonomi di Kawasan Malioboro Yogyakarta
39.  Analisis Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Perubahan Karakteristik Hidrograf Banjir Menggunakan Software HEC-HMS Versi 2.2.2 (Studi Kasus DAS Progo di Hulu Stasiun AWLR Duwet)
40.  Pemanfaatan Foto Udara Multiwaktu untuk Kajian Struktur Kota di Kota Yogyakarta
41.  Pemanfaatan Citra Landsat TM dan ETM dalam Mengkaji Perubahan Hutan (Studi Kasus di Kawasan Hutan Blambangan Kabupaten Banyuwangi)
42.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terhadap RUTRK Sebagian Kabupaten Sleman
43.  Efektifitas Media Promosi Pariwisata untuk Wisatawan Domestik di Kabupaten Banjarnegara
44.  Pemanfaatan Citra IKONOS-2 dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Kemampuan Lahan di Daerah antara Kesugihan – Kroya, Cilacap Jawa Tengah
45.  Pemanfaatan Citra Digital Landsat ETM+ dan Sistem Informasi Geografis untuk Penyusunan Neraca Sumberdaya Hutan Spasial Daerah Kabupaten Blora Tahun 2001-2003
46.  Ketersediaan dan Penggunaan Sarana dan Prasarana Transportasi Bagi Wisatawan di Daerah Tujuan Wisata Kabupaten Kulon Progo
47.  Pengangguran Terbuka dan Setengah Pengangguran di Propinsi Lampung (Analisis Data Susenas KOR 2002)
48.  Industri Kerajinan Bambu Sebagai Pendorong Pengembangan Perekonomian Perdesaan di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul
49.  Pola Sebaran dan Tipe Mataair pada Bentuk Lahan Karst di Daerah Wonogiri Bagian Selatan
50.  Penentuan Desa-Desa Pusat Pertumbuhan dan Arahan Pengembangannya dalam Rangka Mendukung Fungsi Kecamatan Godean Sebagai Kecamatan Pusat Pertumbuhan Ekonomi
51.  Persepsi Masyarakat Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Piyungan
52.  Sektor Informal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Data Sakernas Tahun 2002)
53.  Evaluasi Praktek Konservasi Tanah Cara Teras Bangku di Daerah Aliran Sungai Tinalah Kabupaten Kulonprogo
54.  Variasi Arus Lalu Lintas pada Jalur-jalur Keluar Masuk (Outlet) Utama Kota Yogyakarta
55.  Penyusunan Sistem Pelayanan Pariwisata di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
56.  Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Penyusunan Pola Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kepesisiran Kabupaten Kulonprogo
57.  Hubungan Kedalaman Tanah dengan Bentuk Lahan dan Kelas Sudut Lereng (Studi Kasus di Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul)
58.  Perubahan Penampakan Fisik Kota Kebumen Tahun 1994 Sampai Tahun 2002
59.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Pasar Denggung Desa Tridadi Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Propinsi Kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta
60.  Pengembangan Potensi Obyek Wisata Pemandian Air Panas Krakal untuk Mendukung Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Kebumen
61.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi Bahan Baku Industri Keramik di Kecamatan Godean Yogyakarta
62.  Zonasi Ekologi Bentanglahan untuk Memetakan Potensi Habitat Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur
63.  Kelangsungan Usaha dan Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Pusat Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya
64.  Penggunaan Citra Satelit IKONOS Untuk Mengkaji Pengaruh Rasio Kapasitas Dasar dan Kapasitas Aktual Jalan Terhadap Kemacetan Lalu Lintas di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta
65.  Penentuan Awal Keberadaan situs Purbakala dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
66.  Kajian Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Kasus di Dusun Turgo Kecamatan Pakem Propinsi DIY)
67.  Variasi Spasial Struktur Ekonomi Wilayah di Kabupaten Sleman Tahun 1998 – 2002
68.  Evaluasi Potensi Mataair untuk Kebutuhan Domestik di Kota Klaten Jawa Tengah
69.  Relevansi Industri dan Pertanian Terhadap Perkembangan Wilayah di Kabupaten Ponorogo Tahun 2002
70.  Penyebaran Airtanah Bebas Tercemar Airlindi di Daerah Sekitar TPA Piyungan, Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul
71.  Kajian Potensi Obyek Wisata Pantai Logending, Pedalen dan Karangbolong di Gombong Selatan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah
72.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografi Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di Kecamatan Borobudur
73.  Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Lokasi Jalur Pipa Bawah Tanah di Kota Cirebon
74.  Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Indeks Potensi Lahan di Kabupaten Klaten
75.  Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Kepadatan Bangunan di Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta
76.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta
77.  Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Lahan Kritis Fungsi Kawasan Hutan Lindung di Sub-Sub DAS Serang Hulu
78.  Pembuatan Peta Rupabumi Skala Khusus Kabupaten Tegal Jawa Tengah Menggunakan Citra Landsat TM dan Shuttle Radar Topography Mission
79.  Pemanfaatan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis Untuk Penentuan Prioritas Perdagangan di Kecamatan Wates
80.  Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Penentuan Lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
81.  Pemanfaatan Citra Landsat ETM+ dan Sistem Informasi Geografis Untuk Arahan Perencanaan Pemanfaatan Lahan Pesisir Kabupaten Gunungkidul
82.  Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Menentukan Tingkat Kesesuaian Lahan Kawasan Wisata Pantai di Wilayah Pesisir Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat
83.  Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ untuk Estimasi Kerapatan Mangrove di Pantai Utara Demak Jawa Tengah dengan Pendekatan Metode Transformasi Indeks Vegetasi (NDVI)
84.  Penentuan Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan dengan Menggunakan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis
85.  Pemanfaatan Citra Ikonos untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Desa Jagalan dan Desa Singosaren Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul
86.  Evaluasi Medan Bangunan Gedung di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah
87.  Pengaruh Sky Veiw Factor terhadap Suhu Udara dan Konsentrasi Karbon Monoksida di Udara (Studi Kasus Sepanjang Jalan Malioboro Kota)
88.  Pengembangan Software untuk Pemodelan Jalur Pariwisata di Daerah Inner Ring Road Perkotaan Yogyakarta
89.  Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh untuk Konstruksi Ulang Struktur Geologi
90.  Setengah Pengangguran di daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Data SUSENAS KOR 1999)
91.  Hubungan antara Eksistensi Kampus Perguruan Tinggi dengan Perubahan Penggunaan Lahan di Perkotaan Yogyakarta
92.  Studi Karakteristik Kegiatan Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kota Yogyakarta (Kasus Kecamatan Umbulharjo)
93.  Interaksi Sosial Ekonomi antara Penduduk Pendatang dengan Penduduk Asli di Desa Nogotirto Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman
94.  Tinjauan Rangking Pusat-pusat Pelayanan Wilayah Kabupaten Muko-Muko
95.  Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Arahan Fungsi Lahan dalam Rangka Tata Ruang Wilayah
96.  Kajian Potensi Inteaksi Ekonomi antar Wilayah Guna Mendukung Perkembangan Wilayah Kabupaten Boyolali
97.  Evaluasi Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Sosial Ekonomi Penduduk di Kabupaten Sleman
98.  Kondisi Pendidikan pada Masa Kritis di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Data SUSENAS Modul Pendidikan tahun 1998)
99.  Pemanfaatan Citra Landsat ETM+ dan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Evaluasi Potensi Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi Jawa Barat

100.              Pengenalan Sebaran Mataair di Kawasan Karst dengan Citra Digital Landsat ETM