Search This Blog

Tuesday, May 24, 2016

Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya berupa nikmat sehat serta akal pikiran yang melebihi makhluk lainnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Sosiologi Pendidikan tentang “Pendidikan dan Stratifikasi Sosial”.
Tugas makalah ini adalah tugas makalah terstruktur dalam pendidikan maka dari itu tanpa bimbingan dan motivasi dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami selaku penulis banyak terima kasih kepada Bapak Dr. gusti Bujang, M.Si  selaku pembimbing pembuatan makalah ini, dan kepada teman-teman yang telah memberikan masukan,motivasi serta saran kepada kami.
Kami  juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,kami memerlukan kritik dan saran yang bisa menjadi motivasi agar dapat melengkapi kekurangan supaya dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Pontianak, Oktober 2015

Penulis
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Ahli sosiologi berpendapat bahwa dalam semua masyarakan memiliki ketiksamaan diberbagai bidang. Misalnya dalam bidang ekonomi, sebagian anggota masyararakat memiliki kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidup yang terjamin, sedangkan sebagaian lainnya dalam keadaan miskin dan tidak sejahtera. Pada bidang politik sebagian orang memiliki kekuasaan dan sebagain lainnya dikuasai. Pada bidang politik sebagian orang ada yang mengenyam pendidikan sampai ketingkat yang paling tinggi dan sebagian lainnya ada yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan. Inilah realitas social dalam masyarakat, yang dapat ditangkap oleh pemerintah dan daya fikir manusia. Perbedaan anggota masyarakat ini, seperti telah dikatakan terdahulu, dinamakan stratifikasi social (social stratification). Pendidikan dalam hal ini memiliki peranan strategis dalam membentuk stratifikasi sosial.

A.    Pengertian Stratifikasi Sosial
Sejumlah ahli sosiologi mengemukakan defenisi stratifikasi social sebagai berikut :
a)      Menurut Mosaca : stratifikasi social adalah pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya.
b)      Menurut Max Weber : Stratifikasi social merupakan penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu atas lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
c)      Menurut Pitirim A. Sokorin : Stratifikasi social merupakan pembedaan penduduk attau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hirarki).

Stratifikasi social atau pelapisan social pada dasarnya berbicara tentang penguasaan sumber-sumber – sumber social. Sumber social adalah segala sesuatu yang oleh masyarakat diapndang sebagai sesuatu yang berharga,tetapi terbatas dalam jumlah sehingga memperolehnya  dibutuhkan usaha-usaha tertentu. Terjadinya stratifikasi social karena tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban  sehingga rasa tanggung jawab social berkurang lalu dilajutkan dengan adanya ketimpangan pemilikan nilai atas harga. Akibatnya, sesame anggota kelompok social menilai dan memilah-milah  yang akhirnya tersirat dan diakui adanya perbedaan , pada akhirnya muncullah strata. Bentuk pelapisan dalam masyarakat berbeda banyak sekali, tetapi pelapisan itu tetap ada
Jadi kami menyimpulkan bahwa stratifikasi social adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya perbedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok social (komunitas) secara bertingkat. Misalnya dalam komunitas tersebut terdapat strata tinggi, strata sedang, dan strata rendah.

Adapun yang melatar belakangi timbulnya stratifikasi social adalah sebagi berikut :
a)      Perbedaan ras dan budaya.
b)      Pembagian tugas/kerja yang terspesialisasi
c)      Kelangkaan sumber daya maupun kekuasaan.

Adapun yang mendasari terjadinya stratifikasi social adalah sebagai berikut :
a)      Kekayaan
b)      Kekuasaan
c)      Kehormatan
d)     Keturunan
e)      Pendidikan (Ilmu Pengetahuan)

B.     Hubungan Stratifikasi Sosial dengan pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau berpendidikan akan mendapat penghargaan lebih besar disbanding mereka yang tidak berpendidikan. Maka dari pada itu pendidikan meruppakan salah satu dasar stratifikasi social.
Jika sekolah berdampak terhadap kualitas lulusan pendidikan, dan jika kualitas pendidikan berdampak terhadap lapangan kerja yang diperoleh dan upah atau penghasilan yang diterima,masa depan anak-anak dari lapisan social yang lebih tinggi (menengah atau atas) akan tetap bertahan, maka disini kualaitas sekolah atau pendidikan dapat mempertahankan stratifikasi social. Stratifikasi social merupakan gejala social tyang tidak dapat dihindari dan terdapat disetiap masyarakat  manapun  didunia ini. Pandangan dan keperluan mengenai pendidikan , dorongan, cita-cita dan hal yang lain bertalian dengan pendidikan, diwarnnai stratifikasi social. Masyarakat yang menganut system social terbuka  memiliki kesempatan luas untuk berusaha naik ketangga social yang lebih tinggi. Konsekuensinya terbuka pula untuk turun/jatuh dalam tangga  social yang lebih rendah. Gejala naik dan turunnya tangga pelapisan social ini tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut system pelapisan social yang tertutup.

C.     Penggolongan Sosial
Dalam setiap masyarakat, orang menggolongkan  masing-masing dalam berbagai katagori, dari lapisan yang paling atas sampai pada lapisan yang paling bawah. Dengan demikian terjadilah stratifikasi social. Ada masyarakat yang mempunyai stratifikasi sangat ketat,seseorang lahir dalam golongan tertentu dan ia tidak mungkin meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya dalam suatu katagori  merupakan factor utama yang menentukan  tinggi pendidikan yang dapat ditempuhnya, jabatan yang dapat didudukinya, orang yang dapat dinikahinya, dan sebagainya. Golongan yang ketat  ini biasa disebut kasta.
Namun biasanya penggolongan social tidak seketat seperti apa yang disebutkan diatas, akan tetapi fleksibel dengan batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat mengalami perubahan . Dalam masyarakat yang demikian anak seorang jenderal dan bekerja sebagai penyanyi di Night Club dan menikah dengan putrid keturunan bangsawan zaman dulu.
Sifat system pelapisan di masyarakat, menurut Sarjono Soekanto, dapat bersifat tertutup (closed social certification) dan terbuka (open social Stratification), hal ini dapat dijelaskan bahwa :
Pertama, system tertutup, dimana membatasi kemungkinan berpindah seorang dari suatu lapisan kelapisan lain, baik berupa gerak keatas maupun gerak kebawah. Didalam system yang demikian, satu-satunya jalan menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Contoh masyarakat dengan system stratifikasi social tertutup ini adalah masyarakat berkasta, sebagian masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial.
Kedua, system terbuka yang mana masyarakat didalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha degan kecakapan sendiri untuk naik lapisan. Atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan bawah, kemungkinan terjadinya mobilitas social sangat besar.
Jadi, suatu masyarakat dinamakan tertutup mana kala setiap anggota masyarakat tetap pada status yang sama dengan orang tuanya. Sedangkan  dinamakan terbuka, karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya, dimana bias lebih tinggi attau lebih rendah. Mobilita social yang disebut tadi, berarti berpindah status dalam stratiifikasi social. Berbagai factor yang menyebabkan perpindahan status, antara lain pendidikan dan pekerjaan.

D.    Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial
Konsep tentang penggolongan social bergantung pada cara seorang menentukan golongan social itu. Adanya golongan social timbul karena adanya perbedaan status dikalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi social dapat diikuti tiga metode,yaitu :
a.       Metode obyetif,yaitu stratifikasi yang ditentukan berdasarkan criteria  obyektif  antara lain : jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan . menurut suatu penelitian di amerika Serikat pada tahun 1954, bahwa dokter menempati kedudukan yang sangat tinggi sama dengan gubernur Negara bagian. Juga professor tinggi kedudukannya sama dengan ilmuwan, anggota kongres, Dewan Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih rendah  dari kapten tentara, pemain orkes atau kontraktor, akan tetapi lebih tinggi dari penyiar radio, masinis, polisi. Yang paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu.
b.      Metode Subyektif,yaitu  dimana dengan menggunakan metode ini kwlompok/golongan social dirumuskan berdasarkan pandangan menurut anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan dalama masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan : “menurut pendapat saudara termasuk golongan manakah saudara dinegara ini, golongan atas, golongan menengah, atau golongan rendah?
c.       Metode reputasi, metode ini dikembagkan oleh W. Lloyd Warner cs. Dalam metode ini golongan social dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing stratifikasi masyarakat itu. Kseulitan penggolongan objektif dan subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam lingkungan sehari-hari yang nyata tentang golongan social masing-masing. Oleh sebab itu W.L Warner mengikuti suatu cara yang realistis yakni memberikan kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu sendiri menentukan  golongan – golongan mana yang terdapat pada masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing golongan itu.

E.     Golongan Sosial Sebagai Lingkungan Sosial
Golongan social sangat mennetukan lingkungan social seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak sesorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sistem golongan social menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, cultural dan social yang mencega pergaulan dengan golongan-golongan lain. Manusia mempelajari kebudayaannya dari orang lain dalam golongan itu yang telah memiliki kebudayaan itu. Maka orang dalam golngan social tertentu akan menjadi orang yang sesuai dengan kebudayaan dalam golongan itu dan dengan sendiri mengalami kesulitan untuk memasuki lingkungan social lain. Golongan social membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak.
Bila kita menghadapi orang yang belum kita kenal kita berusaha mengetahui golongan sosialnya agar dapat menentukan hingga berapa jauh kita dapat bersikap akrab kepadanya. Orang yang termasuk golongan social yang sama cenderung untuk bertempat tinggal didaerah tertentu. Orang golongan atas akan tinggal ditempat yang elite karena anggota golongan rendah tidak mampu untuk tinggal disana. Orang akan mencari pergaulan dikalangan yang dianggap sama goolongan sosialnya. Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan golongan social.

F.      Tingkat Pendidikan dan Tingkat Golongan Sosial
Dalam berbagai studi , tingkat pendidikan  tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat kolerasi yang tinggi antara kedudukan social  seseorag dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Pendidikan yang tinggi bertailan erat dengan tingkat social yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan social anatra lain terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan social atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Jabatan orang tua, jumlah dan sumber pendapatan, daerah tempat tinggal, tanggapan masing-masing tentang golongan sosialnya, dna lambing-lambang lain yang berkaitan dengan status social ada kaitannya dengan tingkat pendidikan anak.

G.    Golongan Sosial dan Jenis Pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagi persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya mahal, tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya disitu. Pada umumnya anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid-murid dari golongan rendah dari pada yang berasal dari golongan atas. Karena  hall itulah dapat timbul pendapat bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi dari pada sekolah kejuruan.

H.    Pendidikan dan Mobilitas Sosial
Pendidikan telah menjadi sector strategis dalam system program pembangunan suatu bangsa. Banyak Negara telah menjadikan sector pendidikan sebagai leading sector, sector utama atau unggulan dalam program pembangunan. Ternyata yang menjadikan pendidikan sebagai leading sector, telah menjadi Negara maju dan telah menguasai pasar dunia. Jepang menjadi Negara maju karena pendidikan menjadi perhatian utama dalam kebijakan pembangunan di Negara tersebut.
Mobilitas social adalah sebuah gerakan masyarakat dalam kegiatan menuju perubahan yang lebih baik. Henry Clay Smith mengatakan mobilitas social adalah gerakan dalam struktur social (gerakan antar individu dengan kelompoknya). Haditono mengatakan bahwa mobilitas social adalah  perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukan yang satu ke kedudukan yang lain, tetapi sejajar. Pauul B Horton dan Chester L Hunt mengatakan mobilitas social adalah suatau gerak perpindahan dari satu kelas social ke kelas social lainnya.  Jadi yang dikatakan mobilitas social adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak social seperti inilah yang dikatakan mobilitas social (social mobility).
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang ldiperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan  untuk meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa penndidikan merupakan suatu jalan untuk menuju mobilitas social.




I.       Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Banyak contoh-contoh yang dapat kita lihat disekitar kita tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat pendidikan yang diperolehnya. Pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan pendidikannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan menjadi  pegawai dan mendapat kedudukan social yang terhormat. Namun kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas social, maka ijazah SMA tidak ada artinya lagi dalam mencari kedudukan yang tinggi dan dengan demikian tidak dapat menaikkan seseorang ke golongan social yang lebih tinggi. Kini pendidikan tinggi dianggap suatu  syarat bagi Mobilitas Sosial. Bagi lulusan perguruan tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh kedudukan yang baik.

J.       Tingkat Sekolah dan Mobiltas Sosial
Diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi  anak-anak golongan rendah dan menengah. Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya di perguruan tinggi. Dengan menggunakan computer untuk menilai tes seleksi menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua atau orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah untuk memasuki perguruan tinggi atas dasar prestasinya dalam tes masuk itu. Biaya  yang cukup banyak tentu menjadi suatu hambatan bagi golongan rendah untuk menyekolahkan anaknya pada tingkat universitas.

K.    Pendidikan Menurut Perbedaan Sosial
Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan batas-batas tingkatan  social itu, oleh sebab banyak daya-daya diluar sekolah yang memelihara atau mempertajamnya.
Pendidikan selalu merupakan bagian dari sisttem social, dan jika demikian halnya timbul pertanyaan apakah sekolah harus mempertimbangkan perbedaan dan didalam  kurikulumnya artinya memberikan pendidikan bagi setiap golongan social yang sesuai dengan kebutuhan golongan masing-masing sehingga dapat hidup bahagia menurut golongan masing-masing. Berhubung dengan itu juga dipilih guru-guru yang sesuai dengan golongan social murid yang bersangkutan. Pendirian ini berdiri atas anggapan bahwa sekolah bagaimana pun juga tag dapat mengubah struktur social dank arena itu menerimanya saja sebagai kenyataan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan itu agar kurikulum relevan.
Pada saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk menyebarluaskan ideal dna norma-norma kesamaan dan mobilitas secara verbal disamping adanya daya-daya stratifikasi yang berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk mengerjakan kesamaan dna mobiitas akan mengahdapi kesulitan dalam dunia nyata.
















KESIMPULAN
            Dalam lapisan masyarakat terdapat penggolongan-penggolongan social yang disebut dengan statifikasi sosial, yang mana stratifikasi social itu dilihat atau ditentukan berdasarkan :   1) Kekayaan, 2) Kekuasaan,3) Kehormatan, 4) Keturunan, 5) pendidikan. Dalam statifikasi social terbagi kepada tiga tingkatan, 1) golongan atas, 2) golongan menengah, 3) golongan bawah. Yang paling mendasari stratifikasi  social adalah pendidikan. Maka kita dituntut agar menjadi orang yang berpendidikan tinggi, karena dengan kita menjadi orang berpendidikan tinggi tingkatan/golongan social kita juga akan semakin meningkat, perubahan atau perpindahan dari satu kelas social ke kelas social lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya itu disebut dengan mobilitas social. Dan pendidikan yang tinggi merupaka jalan utama untuk mencapai mobilitas social yang tinggi.

















DAFTAR PUSTAKA

Idi , Abdullah, Sosiologi Pendidikan, Jakarta  : PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Damanik. S. Fritz Hotman, Sosiologi, Klaten : PT Intan Pariwara, 2009.
Syarbaini.  Syahrial, Sosiologi dan Politik, Jakarta : Ghaila Indonesia, 2002.
Nasution, S.  Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara , 2011.
http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi sosial dalam masyarakat-27.html.                        diakses pada tanggal 1/11/2013.
Batubara, Abd. Muhyi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT Ciputat Press, 2004.
H Gunawan, Ary, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Unimed, Tim Dosen, Dasar-Dasar Antropologi/Sosiologi, Medan , 2011.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012.









No comments:

Post a Comment