KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya
berupa nikmat sehat serta akal pikiran yang melebihi makhluk lainnya, sehingga
penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Sosiologi Pendidikan
tentang “Pendidikan
dan Stratifikasi Sosial”.
Tugas makalah ini adalah tugas makalah terstruktur dalam pendidikan
maka dari itu tanpa bimbingan dan motivasi dari beberapa pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami selaku
penulis banyak terima kasih kepada Bapak Dr. gusti Bujang, M.Si selaku pembimbing pembuatan makalah ini, dan
kepada teman-teman yang telah memberikan masukan,motivasi serta saran kepada
kami.
Kami juga menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,kami memerlukan
kritik dan saran yang bisa menjadi motivasi agar dapat melengkapi kekurangan
supaya dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
Pontianak, Oktober
2015
Penulis
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN
DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Ahli sosiologi berpendapat bahwa
dalam semua masyarakan memiliki ketiksamaan diberbagai bidang. Misalnya dalam
bidang ekonomi, sebagian anggota masyararakat memiliki kekayaan yang berlimpah
dan kesejahteraan hidup yang terjamin, sedangkan sebagaian lainnya dalam
keadaan miskin dan tidak sejahtera. Pada bidang politik sebagian orang memiliki
kekuasaan dan sebagain lainnya dikuasai. Pada bidang politik sebagian orang ada
yang mengenyam pendidikan sampai ketingkat yang paling tinggi dan sebagian
lainnya ada yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan. Inilah realitas
social dalam masyarakat, yang dapat ditangkap oleh pemerintah dan daya fikir
manusia. Perbedaan anggota masyarakat ini, seperti telah dikatakan terdahulu,
dinamakan stratifikasi social (social stratification). Pendidikan dalam hal ini
memiliki peranan strategis dalam membentuk stratifikasi sosial.
A.
Pengertian
Stratifikasi Sosial
Sejumlah ahli sosiologi mengemukakan defenisi
stratifikasi social sebagai berikut :
a)
Menurut
Mosaca : stratifikasi social adalah pembedaan anggota masyarakat berdasarkan
status yang dimilikinya.
b)
Menurut Max
Weber : Stratifikasi social merupakan penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu system social tertentu atas lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi
kekuasaan, privilese, dan prestise.
c)
Menurut
Pitirim A. Sokorin : Stratifikasi social merupakan pembedaan penduduk attau
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hirarki).
Stratifikasi social atau pelapisan
social pada dasarnya berbicara tentang penguasaan sumber-sumber – sumber
social. Sumber social adalah segala sesuatu yang oleh masyarakat diapndang
sebagai sesuatu yang berharga,tetapi terbatas dalam jumlah sehingga memperolehnya dibutuhkan usaha-usaha tertentu. Terjadinya
stratifikasi social karena tidak adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban sehingga rasa tanggung jawab
social berkurang lalu dilajutkan dengan adanya ketimpangan pemilikan nilai atas
harga. Akibatnya, sesame anggota kelompok social menilai dan memilah-milah yang akhirnya tersirat dan diakui adanya
perbedaan , pada akhirnya muncullah strata. Bentuk pelapisan dalam masyarakat
berbeda banyak sekali, tetapi pelapisan itu tetap ada
Jadi kami menyimpulkan bahwa
stratifikasi social adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya perbedaan
dan/atau pengelompokan suatu kelompok social (komunitas) secara bertingkat.
Misalnya dalam komunitas tersebut terdapat strata tinggi, strata sedang, dan
strata rendah.
Adapun yang melatar belakangi
timbulnya stratifikasi social adalah sebagi berikut :
a) Perbedaan
ras dan budaya.
b) Pembagian
tugas/kerja yang terspesialisasi
c) Kelangkaan
sumber daya maupun kekuasaan.
Adapun yang mendasari terjadinya
stratifikasi social adalah sebagai berikut :
a) Kekayaan
b) Kekuasaan
c) Kehormatan
d) Keturunan
e) Pendidikan
(Ilmu Pengetahuan)
B.
Hubungan
Stratifikasi Sosial dengan pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau
berpendidikan akan mendapat penghargaan lebih besar disbanding mereka yang
tidak berpendidikan. Maka dari pada itu pendidikan meruppakan salah satu dasar
stratifikasi social.
Jika sekolah berdampak terhadap
kualitas lulusan pendidikan, dan jika kualitas pendidikan berdampak terhadap
lapangan kerja yang diperoleh dan upah atau penghasilan yang diterima,masa
depan anak-anak dari lapisan social yang lebih tinggi (menengah atau atas) akan
tetap bertahan, maka disini kualaitas sekolah atau pendidikan dapat
mempertahankan stratifikasi social. Stratifikasi social merupakan gejala social
tyang tidak dapat dihindari dan terdapat disetiap masyarakat manapun
didunia ini. Pandangan dan keperluan mengenai pendidikan , dorongan,
cita-cita dan hal yang lain bertalian dengan pendidikan, diwarnnai stratifikasi
social. Masyarakat yang menganut system social terbuka memiliki kesempatan luas untuk berusaha naik
ketangga social yang lebih tinggi. Konsekuensinya terbuka pula untuk
turun/jatuh dalam tangga social yang
lebih rendah. Gejala naik dan turunnya tangga pelapisan social ini tidak
terdapat dalam masyarakat yang menganut system pelapisan social yang tertutup.
C.
Penggolongan
Sosial
Dalam setiap masyarakat, orang
menggolongkan masing-masing dalam
berbagai katagori, dari lapisan yang paling atas sampai pada lapisan yang
paling bawah. Dengan demikian terjadilah stratifikasi social. Ada masyarakat
yang mempunyai stratifikasi sangat ketat,seseorang lahir dalam golongan
tertentu dan ia tidak mungkin meningkat kegolongan yang lebih tinggi.
Keanggotaannya dalam suatu katagori
merupakan factor utama yang menentukan
tinggi pendidikan yang dapat ditempuhnya, jabatan yang dapat
didudukinya, orang yang dapat dinikahinya, dan sebagainya. Golongan yang
ketat ini biasa disebut kasta.
Namun biasanya penggolongan social
tidak seketat seperti apa yang disebutkan diatas, akan tetapi fleksibel dengan
batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat mengalami perubahan . Dalam
masyarakat yang demikian anak seorang jenderal dan bekerja sebagai penyanyi di
Night Club dan menikah dengan putrid keturunan bangsawan zaman dulu.
Sifat system pelapisan di
masyarakat, menurut Sarjono Soekanto, dapat bersifat tertutup (closed social
certification) dan terbuka (open social Stratification), hal ini dapat
dijelaskan bahwa :
Pertama, system
tertutup, dimana membatasi kemungkinan berpindah seorang dari suatu lapisan
kelapisan lain, baik berupa gerak keatas maupun gerak kebawah. Didalam system
yang demikian, satu-satunya jalan menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah kelahiran. Contoh masyarakat dengan system stratifikasi
social tertutup ini adalah masyarakat berkasta, sebagian masyarakat feodal atau
masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial.
Kedua, system
terbuka yang mana masyarakat didalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha
degan kecakapan sendiri untuk naik lapisan. Atau bagi mereka yang tidak
beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan bawah, kemungkinan
terjadinya mobilitas social sangat besar.
Jadi, suatu masyarakat dinamakan
tertutup mana kala setiap anggota masyarakat tetap pada status yang sama dengan
orang tuanya. Sedangkan dinamakan
terbuka, karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang
tuanya, dimana bias lebih tinggi attau lebih rendah. Mobilita social yang
disebut tadi, berarti berpindah status dalam stratiifikasi social. Berbagai
factor yang menyebabkan perpindahan status, antara lain pendidikan dan
pekerjaan.
D.
Cara-Cara
Menentukan Golongan Sosial
Konsep tentang penggolongan social
bergantung pada cara seorang menentukan golongan social itu. Adanya golongan
social timbul karena adanya perbedaan status dikalangan anggota masyarakat.
Untuk menentukan stratifikasi social dapat diikuti tiga metode,yaitu :
a.
Metode
obyetif,yaitu stratifikasi yang ditentukan berdasarkan criteria obyektif
antara lain : jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis
pekerjaan . menurut suatu penelitian di amerika Serikat pada tahun 1954, bahwa
dokter menempati kedudukan yang sangat tinggi sama dengan gubernur Negara
bagian. Juga professor tinggi kedudukannya sama dengan ilmuwan, anggota
kongres, Dewan Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih
rendah dari kapten tentara, pemain orkes
atau kontraktor, akan tetapi lebih tinggi dari penyiar radio, masinis, polisi.
Yang paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu.
b.
Metode
Subyektif,yaitu dimana dengan
menggunakan metode ini kwlompok/golongan social dirumuskan berdasarkan
pandangan menurut anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan
dalama masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan : “menurut pendapat
saudara termasuk golongan manakah saudara dinegara ini, golongan atas, golongan
menengah, atau golongan rendah?
c.
Metode
reputasi, metode ini dikembagkan oleh W. Lloyd Warner cs. Dalam metode ini
golongan social dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing stratifikasi masyarakat itu. Kseulitan penggolongan objektif dan
subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan
orang dalam lingkungan sehari-hari yang nyata tentang golongan social
masing-masing. Oleh sebab itu W.L Warner mengikuti suatu cara yang realistis
yakni memberikan kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu sendiri
menentukan golongan – golongan mana yang
terdapat pada masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing
golongan itu.
E.
Golongan
Sosial Sebagai Lingkungan Sosial
Golongan social sangat mennetukan
lingkungan social seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak
sesorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sistem golongan social
menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, cultural dan social yang mencega
pergaulan dengan golongan-golongan lain. Manusia mempelajari kebudayaannya dari
orang lain dalam golongan itu yang telah memiliki kebudayaan itu. Maka orang
dalam golngan social tertentu akan menjadi orang yang sesuai dengan kebudayaan
dalam golongan itu dan dengan sendiri mengalami kesulitan untuk memasuki
lingkungan social lain. Golongan social membatasi dan menentukan lingkungan
belajar anak.
Bila kita menghadapi orang yang
belum kita kenal kita berusaha mengetahui golongan sosialnya agar dapat
menentukan hingga berapa jauh kita dapat bersikap akrab kepadanya. Orang yang
termasuk golongan social yang sama cenderung untuk bertempat tinggal didaerah
tertentu. Orang golongan atas akan tinggal ditempat yang elite karena anggota
golongan rendah tidak mampu untuk tinggal disana. Orang akan mencari pergaulan
dikalangan yang dianggap sama goolongan sosialnya. Namun demikian ada
kemungkinan terjadi perpindahan golongan social.
F.
Tingkat Pendidikan
dan Tingkat Golongan Sosial
Dalam berbagai studi , tingkat
pendidikan tertinggi yang diperoleh
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian
memang terdapat kolerasi yang tinggi antara kedudukan social seseorag dengan tingkat pendidikan yang telah
ditempuhnya. Pendidikan yang tinggi bertailan erat dengan tingkat social yang
tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan social anatra lain terjadi oleh
sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai
perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan social atas beraspirasi agar
anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Jabatan orang tua, jumlah dan sumber
pendapatan, daerah tempat tinggal, tanggapan masing-masing tentang golongan
sosialnya, dna lambing-lambang lain yang berkaitan dengan status social ada
kaitannya dengan tingkat pendidikan anak.
G.
Golongan
Sosial dan Jenis Pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagi
persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya
mahal, tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya disitu. Pada umumnya
anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai
persiapan untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas
kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya.
Sebaliknya anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat
diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid-murid dari
golongan rendah dari pada yang berasal dari golongan atas. Karena hall itulah dapat timbul pendapat bahwa
sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi dari pada sekolah
kejuruan.
H.
Pendidikan
dan Mobilitas Sosial
Pendidikan telah menjadi sector
strategis dalam system program pembangunan suatu bangsa. Banyak Negara telah
menjadikan sector pendidikan sebagai leading sector, sector utama atau unggulan
dalam program pembangunan. Ternyata yang menjadikan pendidikan sebagai leading
sector, telah menjadi Negara maju dan telah menguasai pasar dunia. Jepang
menjadi Negara maju karena pendidikan menjadi perhatian utama dalam kebijakan
pembangunan di Negara tersebut.
Mobilitas social adalah sebuah
gerakan masyarakat dalam kegiatan menuju perubahan yang lebih baik. Henry Clay
Smith mengatakan mobilitas social adalah gerakan dalam struktur social (gerakan
antar individu dengan kelompoknya). Haditono mengatakan bahwa mobilitas social
adalah perpindahan seseorang atau
kelompok dari kedudukan yang satu ke kedudukan yang lain, tetapi sejajar. Pauul
B Horton dan Chester L Hunt mengatakan mobilitas social adalah suatau gerak
perpindahan dari satu kelas social ke kelas social lainnya. Jadi yang dikatakan mobilitas social adalah
perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran
anggotanya. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan
gerak social seperti inilah yang dikatakan mobilitas social (social mobility).
Pendidikan dipandang sebagai jalan
untuk mencapai kedudukan yang lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi
pendidikan yang ldiperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu.
Dengan demikian terbuka kesempatan untuk
meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa penndidikan merupakan
suatu jalan untuk menuju mobilitas social.
I.
Mobilitas
Sosial Melalui Pendidikan
Banyak contoh-contoh yang dapat kita
lihat disekitar kita tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat
pendidikan yang diperolehnya. Pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan
pendidikannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan
menjadi pegawai dan mendapat kedudukan
social yang terhormat. Namun kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada
pengaruhnya dalam mobilitas social, maka ijazah SMA tidak ada artinya lagi
dalam mencari kedudukan yang tinggi dan dengan demikian tidak dapat menaikkan
seseorang ke golongan social yang lebih tinggi. Kini pendidikan tinggi dianggap
suatu syarat bagi Mobilitas Sosial. Bagi
lulusan perguruan tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh
kedudukan yang baik.
J.
Tingkat
Sekolah dan Mobiltas Sosial
Diduga bahwa bertambah tingginya
taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah.
Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua mampu membiayai
studi anaknya di perguruan tinggi. Dengan menggunakan computer untuk menilai
tes seleksi menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua
atau orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka kesempatan yang lebih
luas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah untuk memasuki perguruan
tinggi atas dasar prestasinya dalam tes masuk itu. Biaya yang cukup banyak tentu menjadi suatu
hambatan bagi golongan rendah untuk menyekolahkan anaknya pada tingkat
universitas.
K.
Pendidikan
Menurut Perbedaan Sosial
Pendidikan bertujuan untuk membekali
setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang
setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan
batas-batas tingkatan social itu, oleh
sebab banyak daya-daya diluar sekolah yang memelihara atau mempertajamnya.
Pendidikan selalu merupakan bagian
dari sisttem social, dan jika demikian halnya timbul pertanyaan apakah sekolah
harus mempertimbangkan perbedaan dan didalam
kurikulumnya artinya memberikan pendidikan bagi setiap golongan social
yang sesuai dengan kebutuhan golongan masing-masing sehingga dapat hidup
bahagia menurut golongan masing-masing. Berhubung dengan itu juga dipilih
guru-guru yang sesuai dengan golongan social murid yang bersangkutan. Pendirian
ini berdiri atas anggapan bahwa sekolah bagaimana pun juga tag dapat mengubah
struktur social dank arena itu menerimanya saja sebagai kenyataan serta
menyesuaikan diri dengan kenyataan itu agar kurikulum relevan.
Pada saat ini sekolah-sekolah
meneruskan cita-cita untuk menyebarluaskan ideal dna norma-norma kesamaan dan
mobilitas secara verbal disamping adanya daya-daya stratifikasi yang
berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk mengerjakan
kesamaan dna mobiitas akan mengahdapi kesulitan dalam dunia nyata.
KESIMPULAN
Dalam
lapisan masyarakat terdapat penggolongan-penggolongan social yang disebut
dengan statifikasi sosial, yang mana stratifikasi social itu dilihat atau
ditentukan berdasarkan : 1) Kekayaan,
2) Kekuasaan,3) Kehormatan, 4) Keturunan, 5) pendidikan. Dalam statifikasi social
terbagi kepada tiga tingkatan, 1) golongan atas, 2) golongan menengah, 3)
golongan bawah. Yang paling mendasari stratifikasi social adalah pendidikan. Maka kita dituntut
agar menjadi orang yang berpendidikan tinggi, karena dengan kita menjadi orang berpendidikan
tinggi tingkatan/golongan social kita juga akan semakin meningkat, perubahan
atau perpindahan dari satu kelas social ke kelas social lainnya atau gerak
pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya itu disebut dengan
mobilitas social. Dan pendidikan yang tinggi merupaka jalan utama untuk
mencapai mobilitas social yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Idi , Abdullah, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2013.
Damanik. S. Fritz Hotman, Sosiologi,
Klaten : PT Intan Pariwara, 2009.
Syarbaini.
Syahrial, Sosiologi dan Politik, Jakarta : Ghaila
Indonesia, 2002.
Nasution, S. Sosiologi
Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara , 2011.
http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi
sosial dalam masyarakat-27.html. diakses pada
tanggal 1/11/2013.
Batubara, Abd. Muhyi, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta : PT Ciputat Press, 2004.
H Gunawan, Ary, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Unimed, Tim Dosen, Dasar-Dasar
Antropologi/Sosiologi, Medan , 2011.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012.
No comments:
Post a Comment